Selasa, 24 Juli 2012

guru profesional

Norma  guru penjas  professional

1.      Pemahaman Terhadap Siswa
Siswa yang masuk dalam kelas pendidikan jasmani akan mendemonstrasikan bagian dari ketrampilan jasmani. Sebagaimana kita ketahui siswa adalah anggota masyarakat sekolah. Mereka datang selain untuk memenuhi kewajibannya mengikuti proses pembelajaran, mereka juga bersosialisasi dengan rekannya, dan juga anggota masyarakat sekolah lainnya, yakni guru, kepala sekolah, dan administrator.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, seorang guru yang pandai harus  cermat dan tanggap memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, cultural, emosional dan intelektual, memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya, memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik serta memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. Sehingga pembelajaran pendidikan jasmani akan menciptakan hubungan yang positif dan memberikan hasil yang lebih efektif.
Guru tidak asal mengajar tapi pertama harus member daya tarik tersendiri utk siswanya dengan cara datang tepat waktu, berpenampilan menarik setelah itu membuka pembelajaran dengan rasa senang dan gembira. Dan melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan.
2.           Kemampuan Penguasaan Materi
 Ini adalah suatu kemampuan yangwajib dimiliki  seorang guru . Tidak hanya menguasai beberapa materi saja tetapi diharapkan dapat menguasai seluruh materi pembelajaran yang diajarkan dengan kelas yang berbeda tingkatannya dalam satu tahun ajaran. Materi tsb meliputi: pengalaman mempraktekkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (out door) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.
Selain itu guru pendidikan jasmani juga harus memahami ilmu Latihan, ilmu Psikologi dan ilmu Sosiologi serta menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.Dan disini guru juga sebagai model dalam arti bahwa guru harus memberikan contoh gerakan kepada siswanya semaksimal  mungkin.Diharapkan jangan menjadikan murid utk dijadikan model latihan. Seberapapun sulitnya materi yang harus diajarkan , guru harus berusaha terlebih dahulu walaupun hasilnya tidak sempurna.
3.            Praktik mengajar
Mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science), sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam proses pembelajaran selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar.
Selanjutnya, pengajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik: a) memiliki daya ramal dan control terhadap pencapaian prestasi belajar; b) dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai; c) mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, perubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran, penyampaian dan manajemen; d) berkaitan erat dengan prinsip belajar, seperti kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan serta urutan; e) dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan.
Pengajaran dapat dan harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran. Dalam praktek mengajar ini guru diharapkan dapat memvariasikan strategi pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Bahwa guru harus menciptakan variasi-variasi pembelajaran misalnya   dimulaidari pemanasan . Pemanasan diharapkan tidak monoton tetapi bagaimana guru dapat membuat suatu pemanasan yang dapat meningkatkan denyut jantung sebelum berolahraga, juga membuat siswa merasa senang (tidak bosan ) dengan bentuk latihan yang ajeg.
4.      Kewajiban Siswa untuk Belajar
Siswa memahami atau memiliki pengetahuan tentang siswanya, seorang guru pendidikan jasmani juga harus menyeimbangkan pengetahuan mereka dari segi aspek kognitif pendidikan jasmani dengan pembelajaran konsep dan keterampilan. Intinya bahwa siswa memiliki kewajiban untuk belajar namun bagaimana caranya, agar siswa tidak jenuh atau tetap memiliki ketertarikannya pada pendidikan jasmani.
Motivasi siswa adalah alasan dibalik pengambilan keputusan untuk belajar. Motivasi bisa dibentuk instrinsik (karena anak memiliki keinginan). Ekstrinsik (karena sesuatu yang eksternal mempengaruhi si anak), atau kombinasi dari factor instrinsik dan ekstrinsik. Guru yang memainkan peran kritikal (sehingga dapat menjadi motivasi ekstrinsik) dalam memperhatikan atau meningkatkan motivasi intrinsik dari bagian pengajaran. Selain dari guru, lingkungan juga memiliki peran penting untuk membantu siswa menjalani perbaikan dan dapat membuat keputusan sendiri untuk kesuksesan mereka kelak.
Untuk saat ini pengaruh atau motivasi dari dalam siswa sangatlah menentukan ketertarikan terhadap pembelajaran ini, jika guru tidak pandai-pandai mengemas gaya pembelajaran maka akan timbul namanya kemalasan untuk mengikuti pembelajaran or di sekolah.

5.            Harapan-Harapan untuk Pelajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat mengendalikan pembelajaran, mengatur untuk meningkatkan partisipasi, penemuan, penentuan tujuan dan kerja sama dan membawa siswa pada harapan tertinggi mereka. Guru pendidikan jasmani juga harus dapat menciptakan pendewasaan dan kebebasan siswa sehingga mereka dapat bertanggungjawab terhadap kesehatan, bergaya hidup sehat yang membuat mereka hidup sehat sepanjang hayat. Guru pendidikan jasmani harus menyadari bahwa anak yang belajar akan dapat dibagi kedalam tiga kategori, yakni: pemula, menengah, dan ahli. Walaupun dalam hal ini anak sama dalam hal kemampuan dibadingkan perbedaan mereka. Bagaimanapun, anak sama-sama memiliki pengalaman. Guru hanya sebagai fasilitator saja. Harapan tertinggi terhadap pelajar ini adalah penguasaan teknik dan pencapaian hasil terbaik dalam olahraga apa pun yang mereka geluti agar hidup sehat sepanjang hayat. Masih banya guru yang hanya melakukan pembelajaran tanpa mengevaluasi secara mendalamn  dan  mengadakan  pengayaan terhadap siswa yang kurang mampu atau tidak terampil dalam melaksanakan beberapa materi yang diajarkan. Sedang untuk siswa yang memiliki ketrampilan lebih maka guru harus paham betul apa yang diinginkan siswa tsb, dengan cara menyalurkan ketrampilan olahraga dengan mengikutsertakan dalamn keanggotaan club sekolah atau dengan or pengembangan diri sesuai dengan minat dan bakat yang ada pada diri siswa tsb.


6.           Lingkungan Belajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat menyediakan lingkungan dan suasana pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Karena hal ini terkait dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa, serta motivasi siswa dalam belajar. Guru harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran, sama ketika guru menggunakan modifikasi untuk mendukung agar terciptanya lingkungan dan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu diperlukan kepercayaan, tanggungjawab dan saling menghormati sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektifdan bermakna.
Guru  harus selalu berada dilapangan dan mengawasi siswa selama pembelajaran berlangsung sampai selesai. Banyak terjadi kecelakaan di lapangan karena guru lalai ataupun tanpa sengaja meninggalkan kelas untuk suatu kepentingan. Lingkungan sekolah harus diciptakan oleh guru walaupun berada jauh di pedesaan dan dengan sarana dan prasarana yang apa adanya.
7.           Perilaku (Behavior) dalam Pembelajaran (Keadilan, Kejujuran, dan Perbedaan)
Guru pendidikan jasmani harus menjadi model/teladan dalam prilaku yang baik dan dapat dijadikan panutan oleh siswa. Hal ini dengan cara menunjukkan rasa hormat dan nilai yang baik bagi masyarakat sehingga memberikan nilai lebih untuk siswa mereka untuk bersikap adil, jujur. Ranah afektif menyangkut perasaan, moral, dan emosi. Perkembangan efektif siswa mencakup proses belajar perilaku layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. Pihak yang sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya.
Sebaiknya guru menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar sekolah dan      juga mengadakan kerjasama dengan masyarakat dan orang tua siswa. Karena keberadaan siswa waktu terbanyak ada dirumah dan untuk usia siswa yang masuk masa puber dan baru mencari jari diri maka diperlukan peran orangtua dalam mengawasi anak dan membimbingnya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yg menyimpang.
8.          Refleksi Terhadap Pengajaran untuk Lebih Profesional.
Guru pendidikan jasmani harus melaksanakan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya, hal ini dimaksudkan agar guru dapat secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap praktek pengajarannya. Dari refleksi yang dilakukan guru tahu kelemahan atau kesalahan yang dilakukan dalam pembelajaran terdahulu, dan mencari tahu perbaikan yang dapat dilakukan untuk pembelajaran selanjutnya. Baik materi, media, metode dan lain sebagainya.
Guru yang professional akan selalu berlajar dari pengalaman serta tidak malu bertanya pada guru yang lebih tahu untuk kelangsungan proses pembelajaran. Baik guru yang lebih tua atau sebaya, maupun yang lebih muda. Guru juga dituntut untuk kreatif, inovatif dalam setiap pemikiran perencanaan terhadap pengajaran. Sehingga mereka memperoleh pengetahuan yang semakin luas untuk perbaikan pengajaran ke depan. Dengan harapan meningkatkan minat dan pemahaman siswa.
Guru merasa dipermalukan dan merasa dirinya sudah benar dalam mengajar maka tidak perlu meminta pendapat dari guru lain terutama yang lebih tua. Hal ini sangat keliru ini yang menjadikan guru kurang berkembang untuk perbaikan dirinya dalamf pengajaran. Kreasi dan dan inovasi guru sangat diperlukan terutama sekarang ini dengan persaingan yang ketat di dunia pendidika dan tuntutan dari mutu siswa.

9.         Mengenal Gaya Hidup Aktif
Guru pendidikan jasmani harus dapat mengenalkan kepada siswa hakikat pendidikan jasmani itu, yakni proses hidup aktif sepanjang hayat, sehingga kesehatan mereka di masa depan menjadi lebih baik dengan kebiasaan hidup aktif dari sekarang. Hal ini desebabkan selera, kepercayaan, sikap, acuan nilai, dan idealism seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut berperilaku. Karena siswa berpikir dan merasa, tidak ada satupun pembelajaran psikomotor yang terjadi tanpa adanya rasa keterlibatan perasaan tentang dirinya sendiri dengan pelajarannya, dan tentang situasi di sekitarnya. Dalam setiap perasaan dan acuan nilai anak terdapat daya yang sangat kuat yang mengontrol perilaku individual, kadang daya tersebut menghalangi terjadinya pembelajaran; disaat yang lain malah meningkatkannya. Untuk meningkatkan sikap hidup aktif ini, maka pembelajaran jasmani harus dikenalkan sejak dini dengan memberitahukan manfaat hidup sehat untuk masa depan mereka.
Guru harus dapat memberi contoh yang mudah kepada siswanya dengan cara rajin berolahraga di luar tugas dan memiliki gaya hidup sehat dengan tidak merokok di kantor ataupun di rumah (dimanapun tmpt). Untuk sekarang ini tantangan bagi guru penjasorkes bahwa olahraga adalah pelajaran yang dianggap sebelah mata oleh para siswa, guru dan orangtua  karena tidak menentukan hasil kelulusan siswa itu sendiri. Paradigma ini harus diubah dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik dan meyakinkan bahwa dengan berolahraga maka akan lebih baik dari segi kesehatan, gaya hidup dll. Lebih giat  mengolahragakan masyarakat dan mengajak anak untuk mengenal olahraga dimulai dari lingkungan kita dirumah .

10.       Kolaborasi dengan Sesama guru Pendidikan Jasmani
Guru pendidikan jasmani dapat melakukan kolaborasi dengan sesama guru pendidikan jasmani. Guru dapat saling berbagi pengalaman serta taktik jitu dalam melaksanakan proses. pembelajaran, dan yang paling penting adalah pengembangan materi pendidikan jasmani dalam bentuk silabus. Mereka tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas saja, tetapi juga memiliki kontribusi untuk meningkatkan professional mereka untuk meningkatkan program pendidikan jasmani di ranah yang lebih luas. Guru bisa mengikuti kelompok MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau PKG (Pusat Kegiatan Guru)
Kolaborasi dapat dilakukan bila guru benar-benar ingin bertukar pengalaman dan mencari solusi secara bersama-sama terhadap permasalahan pembelajaran penjasorkes di sekolah masing-masing. Kelemahan dari MGMP itu sendiri adalah adanya kesenjagan dalam pengiriman guru yang harus mengikuti kegiatan ini, karena kebanyakan factor pendanaan dari sekolah. Dan untuk kegiatan MGMP yang biasanya rutin dilakukan setiap hari Sabtu kurang berjalan efektif dikarenakan kehadiran guru yang kurang disiplin waktu, dan juga program kerja yang kurang jelas.


Jumat, 25 Mei 2012

Pendidikan Jasmani dan Olahraga merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya tidak sama akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukan kaitan satu sama lain

Berdasarkan  dokumen yang resmi, Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga (Sport) untuk kegiatan di luar pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan perlombaan

Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani

Olahraga

· Pemahaman gerak

· Berpacu pada satuan kurikulum

· Subyeknya pelajar

n Child Centered

n Pribadi anak seluruhnya

n Entry Behavior

n Pengaturan disesuaikan

n Gerak kehidupan sehari-hari

n Perhatian ekstra pada anak lamban

n Tidak mesti bertanding

n Wajib

· Prestasi

· Bebas

· Subyeknya atlet

n Subject centered

n Kinerja motorik

n Talent Scouting

n Aturan Baku

n Gerak fungsional cabang

n Ditinggalkan

n Selalu bertanding

n Bebas

Untuk dapat membahas tentang pengertian olahraga dan pendidikan jasmani perlu ditelusuri tentang kapan istilah olahraga dan pendidikan jasmani dipakai di Indonesia.

Beberapa istilah yang pernah digunakan dalam pendidikan jasmani di sekolah

1.      Gerak Badan tahun 1945 –1950

2.      Pendidikan Jasmani Tahun 1950 – 1961

3.      Olahraga Tahun 1962 – 1967

4.      Pendidikan Olahraga dan Kesehatan  Tahun 1967 – 1982

5.      Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1982 -  2003

6.   Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 2003- sekarang

 

Era Gerak Badan 1945 –1950

Digunakannya istilah Gerak badan adalah untuk menyatakan bahwa pelakunya menggerak-gerakan badan berarti tidak diam.

Gerak Badan sudah masuk dalam bagian pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan materi pelajaran atletik, senam dan latihan militer. Pada pelaksanaannya anak laki-laki dan perempuan di pisahkan dan perlu adanya nasihat dokter (Harsono 1990; Subroto 1989)

Diberikan di sekolah dengan maksud sebagai kompensasi atau untuk mengimbangi kegiatan anak didik yang harus duduk dengan sikap kaku terus menerus ketika mendengarkan penjelasan guru untuk semua mata pelajaran yang disajikan di dalam kelas.

Era Pendidkan Jasmani (1950 – 1961)

Didasari oleh Undang-undang No. 4/1950, kemudian menjadi Undang-undang Nomor 12/1954 yang sebagian isinya berbunyi;  Bangsa Indonesia sehat dan kuat lahir bathin. Oleh karena itu pendidikan jasmani berkewajiban juga memajukan dan memelihara kesehatan badan terutama dalam arti proventif dan juga secara correctief.

Untuk mengawasi jalannya pendidikan jasmani pemerintah membentuk Infeksi Pendidikan Jasmani (IPJ) dan untuk memenuhi kebutuhan guru didirikan Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD), Akademi Pendidikan Jasmani (APD), Kursus B-I, B-2.

Era Olahraga Tahun 1962 – 1967

Istilah Olahraga secara resmi digunakan sejak tahun 1963 yang dengan segera digunakan merata di seluruh lapisan masyarakat hanya kalangan Angkatan Bersenjata yang tetap memakai Pendidikan Jasmani.

Pada era Olahraga ini Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD) digantikan dengan nama Sekolah Menengah Olahraga Atas (SMOA), Akademi Pendidikan Jasmani diganti dengan Sekolah Tinggi Olahraga (STO)

Era Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Tahun 1967 – 1982

Pada era ini Sekolah Menengah Olahraga Atas (SMOA) diganti dengan SGO (Sekolah Guru Olahraga), dan Sekolah Tinggi Olahraga(STO) menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK) dan akhirnya diganti lagi menjadi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) di bawah naungan IKIP

Pelaksanaan pendidikan olahraga dan kesehatan di sekolah pada umumnya hanya mengajarkan kemampuan gerak dan keterampilan dasar kegiatan olahraga yang kemudian dikembangkan oleh setiap individu atau anak didik. Kemampuan dan keterampilan tersebut mengarah prestasi optimal. Namun kenyataannya siswa kurang mantap melakukan latihan karena beberapa faktor seperti ; kurangnya sarana olahraga di sekolah, Jumlah jam pelajaran setiap minggu hanya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit), kurangnya guru olahraga di sekolah dasar

Era Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (1982 – sekarang)

Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI no. 0413/U/1987 tanggal 4 Juli 1987 dinyatakan adanya perubahan dari istilah pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi pendidikan jasmani.

Dalam surat keputusan tersebut di atas dijelaskan pula tujuan dari pendidikan jasmani yaitu ; Mengembangkan individu atau anak didik secara organis, , Neuromuskuler, Intelektual serta Emosional

saeful

ini adalah blogs yang berisi tentang seluruh dunia olahraga.

artikel

info