Norma guru penjas
professional
1. Pemahaman
Terhadap Siswa
Siswa yang masuk dalam kelas pendidikan
jasmani akan mendemonstrasikan bagian dari ketrampilan jasmani. Sebagaimana
kita ketahui siswa adalah anggota masyarakat sekolah. Mereka datang selain
untuk memenuhi kewajibannya mengikuti proses pembelajaran, mereka juga
bersosialisasi dengan rekannya, dan juga anggota masyarakat sekolah lainnya,
yakni guru, kepala sekolah, dan administrator.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani,
seorang guru yang pandai harus cermat
dan tanggap memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial,
moral, cultural, emosional dan intelektual, memahami latar belakang keluarga
dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan
budaya, memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik serta
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. Sehingga pembelajaran
pendidikan jasmani akan menciptakan hubungan yang positif dan memberikan hasil
yang lebih efektif.
Guru tidak asal mengajar tapi pertama harus
member daya tarik tersendiri utk siswanya dengan cara datang tepat waktu,
berpenampilan menarik setelah itu membuka pembelajaran dengan rasa senang dan
gembira. Dan melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan.
2. Kemampuan Penguasaan Materi
Ini
adalah suatu kemampuan yangwajib dimiliki
seorang guru . Tidak hanya menguasai beberapa materi saja tetapi
diharapkan dapat menguasai seluruh materi pembelajaran yang diajarkan dengan
kelas yang berbeda tingkatannya dalam satu tahun ajaran. Materi tsb meliputi:
pengalaman mempraktekkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan
pendidikan luar kelas (out door) disajikan untuk membantu siswa agar memahami
mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman,
efisien dan efektif.
Selain itu guru pendidikan jasmani juga harus
memahami ilmu Latihan, ilmu Psikologi dan ilmu Sosiologi serta menguasai dan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.Dan disini
guru juga sebagai model dalam arti bahwa guru harus memberikan contoh gerakan
kepada siswanya semaksimal
mungkin.Diharapkan jangan menjadikan murid utk dijadikan model latihan.
Seberapapun sulitnya materi yang harus diajarkan , guru harus berusaha terlebih
dahulu walaupun hasilnya tidak sempurna.
3. Praktik mengajar
Mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani
dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science), sebagai seni,
pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi,
kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki
kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam proses pembelajaran
selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang
berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu
mengajar.
Selanjutnya, pengajaran dapat disebut sebagai
ilmu apabila memenuhi karakteristik: a) memiliki daya ramal dan control terhadap
pencapaian prestasi belajar; b) dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat
dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai; c) mengandung pemahaman
tentang tingkah laku manusia, perubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran,
penyampaian dan manajemen; d) berkaitan erat dengan prinsip belajar, seperti
kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan serta urutan; e)
dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan.
Pengajaran dapat dan harus dapat dipelajari
dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran. Dalam praktek
mengajar ini guru diharapkan dapat memvariasikan strategi pengajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Bahwa guru harus menciptakan variasi-variasi pembelajaran misalnya dimulaidari pemanasan . Pemanasan diharapkan
tidak monoton tetapi bagaimana guru dapat membuat suatu pemanasan yang dapat
meningkatkan denyut jantung sebelum berolahraga, juga membuat siswa merasa
senang (tidak bosan ) dengan bentuk latihan yang ajeg.
4. Kewajiban
Siswa untuk Belajar
Siswa memahami atau memiliki pengetahuan
tentang siswanya, seorang guru pendidikan jasmani juga harus menyeimbangkan
pengetahuan mereka dari segi aspek kognitif pendidikan jasmani dengan
pembelajaran konsep dan keterampilan. Intinya bahwa siswa memiliki kewajiban
untuk belajar namun bagaimana caranya, agar siswa tidak jenuh atau tetap
memiliki ketertarikannya pada pendidikan jasmani.
Motivasi siswa adalah alasan dibalik
pengambilan keputusan untuk belajar. Motivasi bisa dibentuk instrinsik (karena
anak memiliki keinginan). Ekstrinsik (karena sesuatu yang eksternal
mempengaruhi si anak), atau kombinasi dari factor instrinsik dan ekstrinsik.
Guru yang memainkan peran kritikal (sehingga dapat menjadi motivasi ekstrinsik)
dalam memperhatikan atau meningkatkan motivasi intrinsik dari bagian
pengajaran. Selain dari guru, lingkungan juga memiliki peran penting untuk
membantu siswa menjalani perbaikan dan dapat membuat keputusan sendiri untuk
kesuksesan mereka kelak.
Untuk saat ini pengaruh atau motivasi dari
dalam siswa sangatlah menentukan ketertarikan terhadap pembelajaran ini, jika
guru tidak pandai-pandai mengemas gaya pembelajaran maka akan timbul namanya
kemalasan untuk mengikuti pembelajaran or di sekolah.
5. Harapan-Harapan untuk Pelajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat
mengendalikan pembelajaran, mengatur untuk meningkatkan partisipasi, penemuan,
penentuan tujuan dan kerja sama dan membawa siswa pada harapan tertinggi
mereka. Guru pendidikan jasmani juga harus dapat menciptakan pendewasaan dan
kebebasan siswa sehingga mereka dapat bertanggungjawab terhadap kesehatan,
bergaya hidup sehat yang membuat mereka hidup sehat sepanjang hayat. Guru
pendidikan jasmani harus menyadari bahwa anak yang belajar akan dapat dibagi
kedalam tiga kategori, yakni: pemula, menengah, dan ahli. Walaupun dalam hal
ini anak sama dalam hal kemampuan dibadingkan perbedaan mereka. Bagaimanapun,
anak sama-sama memiliki pengalaman. Guru hanya sebagai fasilitator saja.
Harapan tertinggi terhadap pelajar ini adalah penguasaan teknik dan pencapaian
hasil terbaik dalam olahraga apa pun yang mereka geluti agar hidup sehat
sepanjang hayat. Masih banya guru yang hanya melakukan pembelajaran tanpa
mengevaluasi secara mendalamn dan mengadakan
pengayaan terhadap siswa yang kurang mampu atau tidak terampil dalam
melaksanakan beberapa materi yang diajarkan. Sedang untuk siswa yang memiliki
ketrampilan lebih maka guru harus paham betul apa yang diinginkan siswa tsb,
dengan cara menyalurkan ketrampilan olahraga dengan mengikutsertakan dalamn
keanggotaan club sekolah atau dengan or pengembangan diri sesuai dengan minat
dan bakat yang ada pada diri siswa tsb.
6. Lingkungan Belajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat
menyediakan lingkungan dan suasana pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk
belajar. Karena hal ini terkait dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan
siswa, serta motivasi siswa dalam belajar. Guru harus memperhatikan keamanan dan
kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran, sama ketika guru menggunakan
modifikasi untuk mendukung agar terciptanya lingkungan dan suasana belajar yang
menyenangkan. Selain itu diperlukan kepercayaan, tanggungjawab dan saling
menghormati sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektifdan bermakna.
Guru
harus selalu berada dilapangan dan mengawasi siswa selama pembelajaran
berlangsung sampai selesai. Banyak terjadi kecelakaan di lapangan karena guru
lalai ataupun tanpa sengaja meninggalkan kelas untuk suatu kepentingan.
Lingkungan sekolah harus diciptakan oleh guru walaupun berada jauh di pedesaan
dan dengan sarana dan prasarana yang apa adanya.
7. Perilaku (Behavior) dalam
Pembelajaran (Keadilan, Kejujuran, dan Perbedaan)
Guru pendidikan jasmani harus menjadi
model/teladan dalam prilaku yang baik dan dapat dijadikan panutan oleh siswa.
Hal ini dengan cara menunjukkan rasa hormat dan nilai yang baik bagi masyarakat
sehingga memberikan nilai lebih untuk siswa mereka untuk bersikap adil, jujur.
Ranah afektif menyangkut perasaan, moral, dan emosi. Perkembangan efektif siswa
mencakup proses belajar perilaku layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana
cara berinteraksi dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar
sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. Pihak
yang sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi adalah keluarga, sekolah dan
teman sebaya.
Sebaiknya guru menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat di sekitar sekolah dan
juga mengadakan kerjasama dengan masyarakat dan orang tua siswa. Karena
keberadaan siswa waktu terbanyak ada dirumah dan untuk usia siswa yang masuk
masa puber dan baru mencari jari diri maka diperlukan peran orangtua dalam
mengawasi anak dan membimbingnya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yg
menyimpang.
8. Refleksi Terhadap Pengajaran untuk Lebih
Profesional.
Guru pendidikan jasmani harus melaksanakan
refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya, hal ini dimaksudkan agar
guru dapat secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap praktek
pengajarannya. Dari refleksi yang dilakukan guru tahu kelemahan atau kesalahan
yang dilakukan dalam pembelajaran terdahulu, dan mencari tahu perbaikan yang
dapat dilakukan untuk pembelajaran selanjutnya. Baik materi, media, metode dan
lain sebagainya.
Guru yang professional akan selalu berlajar
dari pengalaman serta tidak malu bertanya pada guru yang lebih tahu untuk
kelangsungan proses pembelajaran. Baik guru yang lebih tua atau sebaya, maupun
yang lebih muda. Guru juga dituntut untuk kreatif, inovatif dalam setiap
pemikiran perencanaan terhadap pengajaran. Sehingga mereka memperoleh
pengetahuan yang semakin luas untuk perbaikan pengajaran ke depan. Dengan
harapan meningkatkan minat dan pemahaman siswa.
Guru merasa dipermalukan dan merasa dirinya sudah benar dalam mengajar
maka tidak perlu meminta pendapat dari guru lain terutama yang lebih tua. Hal
ini sangat keliru ini yang menjadikan guru kurang berkembang untuk perbaikan
dirinya dalamf pengajaran. Kreasi dan dan inovasi guru sangat diperlukan
terutama sekarang ini dengan persaingan yang ketat di dunia pendidika dan
tuntutan dari mutu siswa.
9. Mengenal Gaya Hidup Aktif
Guru pendidikan jasmani harus dapat
mengenalkan kepada siswa hakikat pendidikan jasmani itu, yakni proses hidup
aktif sepanjang hayat, sehingga kesehatan mereka di masa depan menjadi lebih
baik dengan kebiasaan hidup aktif dari sekarang. Hal ini desebabkan selera,
kepercayaan, sikap, acuan nilai, dan idealism seseorang akan mempengaruhi cara
orang tersebut berperilaku. Karena siswa berpikir dan merasa, tidak ada satupun
pembelajaran psikomotor yang terjadi tanpa adanya rasa keterlibatan perasaan
tentang dirinya sendiri dengan pelajarannya, dan tentang situasi di sekitarnya.
Dalam setiap perasaan dan acuan nilai anak terdapat daya yang sangat kuat yang
mengontrol perilaku individual, kadang daya tersebut menghalangi terjadinya
pembelajaran; disaat yang lain malah meningkatkannya. Untuk meningkatkan sikap
hidup aktif ini, maka pembelajaran jasmani harus dikenalkan sejak dini dengan
memberitahukan manfaat hidup sehat untuk masa depan mereka.
Guru harus dapat memberi contoh yang mudah
kepada siswanya dengan cara rajin berolahraga di luar tugas dan memiliki gaya
hidup sehat dengan tidak merokok di kantor ataupun di rumah (dimanapun tmpt).
Untuk sekarang ini tantangan bagi guru penjasorkes bahwa olahraga adalah
pelajaran yang dianggap sebelah mata oleh para siswa, guru dan orangtua karena tidak menentukan hasil kelulusan siswa
itu sendiri. Paradigma ini harus diubah dengan cara memberikan contoh-contoh
yang baik dan meyakinkan bahwa dengan berolahraga maka akan lebih baik dari
segi kesehatan, gaya hidup dll. Lebih giat
mengolahragakan masyarakat dan mengajak anak untuk mengenal olahraga
dimulai dari lingkungan kita dirumah .
10. Kolaborasi dengan Sesama guru
Pendidikan Jasmani
Guru pendidikan jasmani dapat melakukan
kolaborasi dengan sesama guru pendidikan jasmani. Guru dapat saling berbagi
pengalaman serta taktik jitu dalam melaksanakan proses. pembelajaran, dan yang
paling penting adalah pengembangan materi pendidikan jasmani dalam bentuk
silabus. Mereka tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas saja, tetapi juga
memiliki kontribusi untuk meningkatkan professional mereka untuk meningkatkan
program pendidikan jasmani di ranah yang lebih luas. Guru bisa mengikuti
kelompok MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau PKG (Pusat Kegiatan Guru)
Kolaborasi dapat dilakukan bila guru
benar-benar ingin bertukar pengalaman dan mencari solusi secara bersama-sama
terhadap permasalahan pembelajaran penjasorkes di sekolah masing-masing.
Kelemahan dari MGMP itu sendiri adalah adanya kesenjagan dalam pengiriman guru
yang harus mengikuti kegiatan ini, karena kebanyakan factor pendanaan dari
sekolah. Dan untuk kegiatan MGMP yang biasanya rutin dilakukan setiap hari
Sabtu kurang berjalan efektif dikarenakan kehadiran guru yang kurang disiplin
waktu, dan juga program kerja yang kurang jelas.